25 September 2006

Cianjur Lakukan Simulasi Penanggulangan Tsunami

Tanggal : 25 September 2006
Sumber : http://cianjurkab.go.id/Berita_Daerah_Nomor_111.html


Ratusan masyarakat pesisir pantai selatan Kabupaten Cianjur yang terdiri dari tiga kecamatan yakni, Kecamatan Sindangbarang, Kecamatan Agrabinta dan Kecamatan Cidaun, Kamis (21/09) melakukan kegiatan simulasi Penanggulangan Bencana Alam (PBA) tsunami yang dilaksanakan oleh Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam dan Pengungsi (Satlak PBA) Tingkat Kabupaten Cianjur.

Kegiatan yang berdasarkan pada Keputusan Bupati Nomor 61 tahun 2006 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam dan Pengungsi (Satlak PBP) tingkat kabupaten ini ternyata mendapat respon positif dari sejumlah masyarakat. Hal ini terbukti dengan antusias masyarakat untuk terlibat langsung dalam latihan bencana tsunami dan banyaknya peserta simulasi disetiap kecamatan dan desa.

Hal ini tidak terlepas dari keingintahuan yang tinggi dari masyarakat tentang tata cara penanggulangan dan teknis evakuasi penduduk dari bencana alam tsunami dan peran serta Kantor Infokom Kab. Cianjur yang sebelumnya telah melakukan sosialisasi dan wawar keliling di setiap desa dan kecamatan di daerah sekitar pesisir pantai. Sehingga warga masyarakat yang tadinya tidak mengetahui akan dilaksanakannya simulasi bencana tsunami menjadi tahu.

Menurut warga, kegiatan simulasi bencana tsunami ini selain akan menambah wawasan tentang penanggulangan bencana alam tsunami, juga sangat membantu dan bermanfaat bagi warga sekitar pesisir. “Karena apabila bencana tsunami itu terjadi, kami warga pesisir pantai Cianjur mudah-mudahan tidak akan panik lagi dalam menyelamatakan diri karena telah bekali latihan sebelumnya, sehingga upaya kami untuk mengungsi dan menghindar dari bencana akan terelakkan”, ujar Dahlan, warga Desa Kertasari Kecamatan Sindangbarang.

Acara yang dihadiri oleh Bupati Cianjur, Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh, MM, Kapolres Cianjur, Dandim 0608, Kajari, Muspida, Sekda Cianjur, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dan sejumlah undangan lainnya ini dimulai pukul 8.30 WIB dan berakhir sampai dengan pukul 14.00 WIB

Kegiatan yang melibatkan banyak intansi pemerintah seperti, Kepolisian, TNI, Sat Pol PP dan Linmas, Kantor Kesatuan Bangsa, Dinas Kesehatan, Dinas Ciptakarya, Dinas Binamarga, Dinas PSDAP, Perum Perhutani, Kantor Infokom, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Kabag. Kesra, Brigade Siaga Bencana Alam (RSU Cianjur), PMI, Pramuka, unsur perangkat kecamatan dan desa serta organisasi masyarakat lainnya seperti ORARI, dan TIM SAR ini dapat berjalan lancar dan tertib, serta simulasi ini ternyata dapat diikuti secara seksama oleh warga masyarakat selama mengikuti kegiatan simulasi tersebut.

Dalam laporannya Ketua Pelaksana Kegiatan Simulasi Bencana Alam Tsunami Tingkat Kabupaten, Drs. H. Dadang Sufianto, MM mengatakan, kegiatan simulasi tsunami ini pelaksanaannya serentak dilakukan di 3 (tiga) kecamatan dan di 16 (enam belas desa), dengan titik-titik pengungsian telah ditempatkan di daerah dataran yang tinggi, seperti bukit atau pasir yang letaknya tidak jauh dari lokasi bencana. Untuk Kecamatan Sindangbarang Tempat Berkumpul (PB) II dipusatkan di Pasir Karet, Kecamatan Cidaun Tempat Berkumpul (PB) II dilokasikan di Lapangan SMP Negeri I Cidaun dan Kecamatan Naringgul Tempat Berkumpul II dialokasikan di Desa Warnasari.

Dikatakannya, dilokasi itu selain disiapkan tempat penampungan atau pengungsian sementara juga disiapkan pula posko-posko seperti, posko kesehatan dan posko dapur umum serta fasilitas penunjang lainnya. Keberadaan posko-posko ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai unsur/perangkat dari kecamatan seperti, koramil, kapolsek, puskesmas, pramuka dan unsur perangkat desa lainnya.

Sehingga, menurut wakil bupati, andaikata bencana tsunami itu terjadi, dapat diantisipasi sedini mungkin, diharapkan warga sekitar dapat menyelamatkan diri ketempat-tempat yang telah ditentukan oleh kecamatan masing-masing dan warga mampu mengatasi bencana tersebut secara tenang, terkendali dan lebih hati-hati, harapnya.

Pada kesempatan itu pula Bupati Cianjur, Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh mengatakan, maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan simulasi bencana tsunami di tiga kecamatan ini tiada lain sebagai bentuk kepedulian dari Pemkab. Cianjur kepada masyarakat Cianjur khususnya di sekitar pesisir pantai Cianjur seperti Pantai Apra di Kec. Sindangbarang, Pantai Jayanti di Kec. Cidaun dan Panta Sinar Laut Di Kec Agrabinta, yang disinyalir menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dan Badan Fulkanologi Provinsi Jawa Barat pada penelitian bulan-bulan yang lalu sangat berpotensi terhadap bencana tsunami, namun kemungkinannya sangat kecil.

Oleh karena itu menurut bupati, sudah selayaknya Pemkab. Cianjur bersama jajaran terkait mempersiapkan sedini mungkin untuk mengantisipasi bencana tersebut. Baik itu persiapan sarana dan prasarana penunjang bencana ataupun kesiapan fisik dan mental bagi masyarakat sekitar. Sehingga diharapkan simulasi ini nantinya akan sangat membantu masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam tsunami ini.

Namun disisi lain bupati juga menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh atau menjadi takut dengan dilakukannya simulasi ini. Tapi hendaknya harus dijadikan sarana latihan dan praktek yang nantinya akan sangat berguna apabila musibah itu datang. Lebih jauh bupati mengatakan, hendaknya kepada warga dan seluruh elemen masyarakat untuk terus berdo’a dan berserah diri kepada Allah SWT, karena apapun yang terjadi di dunia ini tanpa kehendaknya dan keinginannya mustahil semua itu akan terjadi. Oleh karena itu tidak henti-hentinya bupati mengajak kepada masyarakat Cianjur untuk terus meminta dan berdo’a agar peristiwa bencana alam khususnya tsunami tidak terjadi di wilayah pantai pesisir Cianjur.(ed)

16 September 2006

Liwa - Alat Pendeteksi Dini Gempa, Warga Minta Dipasang di Krui


Tanggal : 16 September 2006
Sumber : http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2006091601122723


LIWA (Lampost): Sejumlah warga Krui, Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat (Lambar), Jumat (15-9), menyambut baik rencana pemasangan alat pendeteksi dini (seismograf digital) gempa dan tsunami di kabupaten tersebut. Namun, para warga meminta alat itu ditempatkan di Krui. Pasalnya, Krui merupakan wilayah Pesisir yang dekat dengan Liwa dan pesisir lainnya.


Pernyataan itu disampaikan sejumlah warga Krui, di antaranya Gunawan, Tati, dan lain-lain. Mereka meminta alat pendeteksi dini gempa dan tsunami dipasang di wilayah Krui karena gempa yang sering terjadi di wilayah Lambar selama ini pusatnya di Samudera Hindia yang tidak berjauhan dengan wilayah pesisir Krui.


"Pada dasarnya warga Krui dan sekitarnya senang dengan rencana pemerintah memasang alat pendeteksi gempa dan tsunami di Lambar. Tetapi sebaiknya dipasang di wilayah Krui sebab wilayah Krui yang selama ini sering menjadi pusat patahan gempa. Kendati pusat gempa berada di laut Hindia yang tidak berjauhan dengan Krui, getarannya sangat kuat dirasakan di Liwa ketimbang Krui," kata Gunawan yang diamini sejumlah rekannya, kemarin.


Menurut dia, di Liwa getaran gempa lebih kuat dibanding Krui. Pasalnya, kultur tanahnya labil karena tanahnya terdiri dari tanah dan pasir. "Sehingga, jika terjadi gempa, getarannya sangat dirasakan ketimbang di wilayah Pesisir. Akibat tanah labil, jika terjadi bencana gempa bumi, di Liwa rawan berjatuhan korban," ujarnya.


Ia menilai jika alat pendeteksi gempa dan tsunami itu dipasang di wilayah Liwa, akan menyulitkan pemerintah daerah jika memberitahukan kepada warga Krui dan pesisir lainnya. Sebab, untuk memberitahukan kepada warga di pesisir, butuh waktu lama karena lokasinya cukup jauh.