22 Oktober 2008

6 Ton Ikan Waduk Cengklik Mati Mendadak

Tanggal : 22 Oktober 2008
Sumber : Kompas. Rabu, 22 Oktober 2008 21:16 WIB


BOYOLALI, RABU - Ribuan ikan nila dan ikan emas siap panen milik petani keramba di Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mati mendadak, dan belum tahu penyebabnya. Walidi (40) petani ikan keramba di Waduk Cengklik, Desa Sobokerta, Rabu mengatakan total ikan yang mati milik petani di desa setempat sudah mencapai lebih dari enam ton. Kematian ikan yang dibudidayakan itu terjadi sejak Minggu (19/10) lalu hingga sekarang. Petani ikan setempat belum tahu penyebab kematian ikan nila dan ikan emas tersebut. Kata dia, ikan tersebut sudah siap panen, tetapi tiba-tiba mati dan cepat busuk, sehingga kerugian para petani ikan mencapai puluhan juta. "Ikan yang mati bukan milik saya saja, tapi juga milik delapan petani lain," katanya. Menurut Walidi, di Dukuh Turunan, Desa Sobokerto terdapat kelompok petani ikan keramba ’Sumber Rejeki’ yang anggotanya sebanyak 34 orang. Namun, yang terkena musibah ikan mati hanya sembilan petani. "Ikan saya yang mati jumlahnya sudah hampir tiga ton. Padahal harga ikan tersebut saat ini Rp12.500 per kilogram," katanya

18 Oktober 2008

Ratusan Nelayan Blokir Jalan, 3 Pingsan, 10 Diamankan

Tanggal : 18 Oktober 2008

Sumber : Illegal_Fishing_Indonesia@yahoogroups.com


Deli Serdang (SIB)Aksi protes ratusan nelayan tradisional Pantai Labu berlanjut, Jumat (17/10) dengan cara memblokir jalan truk pengangkut pasir yang melintas ke lokasi pembangunan Bandara Kuala Namu. Blokir jalan itu dibuat dengan menghempangkan pohon tumbang dan batu di lintasan truk.Aksi blokir jalan itu membuat petugas Polres Deli Serdang turun ke lokasi dan berupaya membuka jalan. Tindakan petugas tersebut mendapat perlawanan dari para nelayan, sehingga terjadi aksi tolak menolak.Aksi perlawanan itupun semakin nekat nelayan hendak masuk ke lokasi galian pasir. Tolak menolak antara petugas dan nelayan pun semakin memuncak mengakibatkan 3 nelayan pingsan. Melihat hal itu, nelayan semakin nekat mengadakan perlawanan. Untuk menetralisir situasi, petugas mengamankan 10 nelayan yang diduga terlalu nekat mengadakan perlawanan terhadap petugas.Melihat temannya diamankan petugas, berangsur-angsur aksi perlawanan itu semakin surut. Beberapa saat kemudian aksi protes nelayan itupun mundur dan pulang ke rumah masing-masing. Galian dan pengangkutan pasir pun dapat berjalan sebagaimana mestinya.Diperoleh informasi, ijin galian pasir laut untuk penimbunan pembangunan Bandara Kuala Namu yang dilaksanakan PT Citra Trahindo Pratama sudah diberikan Pemkab Deli Serdang, sehingga warga tidak berhak menghalangi galian itu. Sementara para nelayan mengaku pemberian ijin itu tidak mereka setujui karena dapat mengganggu kelangsungan hidup nelayan, karena tangkapan ikan mereka menjadi berkurang. Mereka juga mengancam akan terus melaksanakan aksi protes tersebut. (LS/M-32/y)

17 Oktober 2008

Puluhan Istri Nelayan Kembali Hadang Truk Pengangkut Pasir Kwarsa Pembangunan Bandara Kuala Namu

Tanggal : 17 Oktober 2008
Sumber : Illegal_Fishing_Indonesia@yahoogroups.com


Deli Serdang (SIB)Aksi puluhan nelayan Desa Regemuk Kecamatan Pantai Labu Deli Serdang yang memprotes penyedotan pasir kwarsa untuk tanah timbunan pembangunan Bandara Kuala Namu terus berlanjut. Kamis (16/10) para nelayan yang didominasi para istri nelayan berkumpul di Jalan yang dilintasi truk pengangkut pasir dan menghalangi masuknya pasir kwarsa ke lokasi pembangunan Bandara.Menurut mereka, aksi mereka lakukan karena tidak percaya lagi terhadap kebijaksanaan Pemkab Deli Serdang beserta legislatif menyikapi aspirasi mereka. Tampak para demonstran berhasil menghalau beberapa truk pengangkut pasir.Aksi itu diwarnai kericuhan, dengan kedatangan petugas Polres Deli Serdang dibantu petugas Polsek Beringin. Karena para istri nelayan bersitegang untuk menghalau truk milik PT Citra Trahindo Pratama. Bahkan wartawan yang hendak meliput aksi itupun, berusaha mereka usir karena menurut mereka wartawan tidak berpihak kepada mereka.Menyikapi aksi itu, Kapolsek Beringin AKP Deny SH menjembatani aspirasi mereka mempertemukan 10 perwakilan nelayan dengan PT Citra Trahindo Pratama. Namun dalam pertemuan itu, pihak PT Citra Trahindo Pratama tidak dapat memenuhi permintaan para demonstran. Kesempatan itu para nelayan memberikan waktu 3 hari untuk memenuhi permintaan nelayan, jika tidak mereka mengancam akan melakukan aksi itu kemudian. (LS/M-32/q)

09 Oktober 2008

Raja Ampat Berburu Dollar, Menuai Bencana

Tanggal : 9 Oktober 2008
Sumber :
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/09/02425825/raja.ampat.berburu.dollar.menuai.bencana


Hampir setengah tahun ini Beny Manggapro (65) setiap sore hanya nangkring, duduk di atas dahan ranting pohon ketapang yang menjulur ke laut.Matanya sayu menatap riak- riak air yang tak lagi memantulkan warna biru cerah yang bermandi sinar matahari. Dari batas ujung barat ke timur perairan pantai Kampung Warwanai yang tampak hanya warna coklat lumpur.Ia masih ingat beberapa waktu lalu perairan setempat masih jernih berwarna kebiruan. Ia dan warga sekitar tinggal mengayuh kole-kole, menebar kail, dan mendapatkan berbagai ikan karang. Kalau sanggup menyelam, aneka biota ada di dasar laut.Namun, kini, bagian dari laut Raja Ampat, Papua Barat, yang tersohor itu mulai menutup pintu berkah hasil alamnya. Material lumpur yang mengendap dan partikel halusnya yang melayang-layang di air membuat ikan tak lagi betah di situ.Biota air yang lambat dan tak dapat bergerak seperti karang, kerang, teripang, dan udang tak mampu mempertahankan kehidupannya. Mereka mati karena lingkungan dipenuhi lumpur.Pada awal Agustus kemarin, ketika air pasang-turun ketinggian lumpur di pinggir pantai dapat mencapai pinggang orang dewasa. Saat pasang-naik, perairan setempat berwarna coklat kemerahan.Dari atas pesawat patroli TNI Angkatan Laut, Cassa P-851, yang melintas ke Pulau Waigeo, 17 Juli, kerusakan lingkungan ini tampak sangat jelas. Garis pantai selebar hingga 100 meter membentuk jalur berwarna kecoklatan. Di atas perbukitannya, tampak jalur-jalur berwarna coklat merobek hijau daratan setempat. Jalur-jalur itu merupakan jalan dan gerusan alat-alat berat milik perusahaan tambang nikel PT Karunia Alam Waigeo (KAW).Bupati Raja Ampat Markus Wanma memberikan waktu 15 tahun bagi perusahaan asal Karawang ini secara ”bebas” mengoyak keindahan kabupaten kepulauan bahari ini. Tak hanya KAW, beberapa perusahaan tambang nikel pun hingga kini masih beroperasi, di antaranya PT Anugrah Surya Pratama beserta grupnya, PT Anugrah Surya Indotama, yang beroperasi di Manoram.Sebelumnya, ada PT Kawei Minning Sejahtera (KMS) yang menambang di Pulau Kawei, sebelah barat Pulau Waigeo. Namun, kini perusahaan milik anggota DPRP, Daniel Daat, ini ditutup paksa setelah berselisih dengan Bupati Markus Wanma.Kawasan konservasiPeta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sorong menunjukkan areal tambang berbagai perusahaan tambang ini berimpitan dengan kawasan konservasi. Lahan konsesi PT KAW ini berada di dekat zona penunjukan cagar alam Pulau Waigeo Timur yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 251/Kpts-II/ 1996, 3 Juni 1996.Wilayah daratan ini menjadi habitat satwa kakatua jambul kuning (Cacatua galerita triton), cenderawasih (Paradise rubra), raja udang hutan (Halycon macleayii), julang irian (Aceros Plicatus), kakatua raja (Probosciger atterimus), bayan (Lorius floratus), nuri merah kepala hitam (Lorius domisella), mambruk (Caura cristata), dan maleo (Magrocephalon maleo). Selain fauna yang dilindungi itu, ada anggrek waigeo yang hanya tumbuh di daerah ini.Cagar Alam Waigeo Timur secara geografis terletak antara 130° 33’ 51” sampai 130° 55’ 54” bujur timur dan 0° 02’ 27” sampai 0° 08’ 51” lintang selatan. Jenis batuan aluvium undak, neogen, dan batuan basa termasuk kelompok efiolit di timur. Jenis tanah rendzina, red yellow podsolik, dan gray brown podsolik. Tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 4.-62 milimeter dan rata-rata hujan 203,9 hari per tahun.Kepala Bidang I Balai Besar KSDA Sorong, Suartana, mengaku sedang menyelidiki dampak aktivitas tambang PT KAW. Ia mengaku sedikit tahu aktivitas pertambangan ini. Pasalnya, peraturan Bupati Raja Ampat tentang pemberian kuasa pertambangan hanya ditembuskan ke Menteri ESDM, Mendagri, dan Gubernur, tidak ditembuskan ke Menteri Kehutanan maupun Menneg Lingkungan Hidup.Adapun Komandan Lanal Sorong Yudo Margono yang langsung bergerak melaporkan kerusakan lingkungan ini ke Polres Raja Ampat. Mereka dituding lalai dalam menerapkan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).Lanal Sorong mencatat PT KAW ini sudah tujuh kali mengekspor bahan galian mengandung nikel ke China, rata-rata setiap pengapalan 35.000 ton. Adapun menurut data Forum Kerja Sama LSM Regio Kepala Burung, pengiriman nikel ke Queensland, Australia, sejak 2004 hingga awal 2008 diperkirakan telah 15 kali, rata-rata bermuatan 50.000 ton bahan galian nikel.Menurut data Dinas Pertambangan dan Energi Raja Ampat, terdapat 16 perusahaan tambang nikel yang sedang dalam tahap eksplorasi, eksploitasi, maupun penyusunan amdal. Beberapa di antaranya beralamat kantor sama. PT KMS tidak dicantumkan dalam daftar.Namun, menurut Asisten II Raja Ampat, Samuel Belseram, hanya tiga perusahaan yang kini masih aktif, yaitu KAW di Warwanai, PT Anugrah Surya Pratama, PT Anugrah Surya Indotama di Manoram seluas 9.500 ha.Sebagai daerah yang telah dideklarasikan sebagai kawasan konservasi laut daerah, Raja Ampat seharusnya mulai menata diri dan berfokus pada bidang nonpertambangan. Sebab, eksploitasi lingkungan ini pasti berdampak negatif pada lingkungan dan merusak daya tarik wisata alam yang sudah mendunia itu.

Nelayan Ancam Bakar Kapal Ikan Thailand

Tanggal: 9 Oktober 2008
Batam, Kompas - Kelompok nelayan Anambas, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau, mengancam akan membakar kapal ikan Thailand yang disita TNI Angkatan Laut serta Departemen Kelautan dan Perikanan jika mereka tak dapat memanfaatkan kapal-kapal tersebut melalui proses lelang. Kapal dimaksud adalah puluhan kapal ikan Thailand yang dilabuhkan di Dermaga Antang dan Tarempa, Kepulauan Anambas.Ketua Ikatan Kerukunan Keluarga Nelayan Anambas, Kepulauan Riau (Kepri), Tarmizi, di Tarempa, Rabu (8/10), mengatakan, kelompok nelayan rencananya akan mengikuti proses lelang. Saat ini, katanya, ada sekitar 60 kapal ikan Thailand yang disita TNI Angkatan Laut serta Departemen Kelautan dan Perikanan yang akan dilelang.Dalam kaitan itu, lanjut Tarmizi, kelompok nelayan meminta diprioritaskan untuk mengikuti proses lelang tersebut. ”Jika tidak, kami akan membakar kapal- kapal tersebut. Kami sangat berharap dapat memanfaatkan kapal-kapal itu,” katanya.”Kapal-kapal ikan Thailand besar-besar, di atas 60 gros ton. Selain itu, perlengkapan navigasinya juga cukup baik,” kata Tarmizi menambahkan.Proses hukumMenurut Wakil Bupati Kabupaten Natuna Amirullah, kapal- kapal ikan Thailand yang ditangkap dan disita sebenarnya tidak hanya berada di wilayah Kepulauan Anambas, seperti Antang dan Tarempa, tetapi juga di Ranai, Kabupaten Natuna.Pemerintah Kabupaten Natuna sudah berkali-kali meminta pemerintah pusat memprioritaskan peruntukan kapal tersebut untuk nelayan lokal. Namun, kendalanya adalah masalah hukum. ”Proses hukum terlalu lama sehingga kapal-kapal rusak (ketika putusan pengadilan keluar) dan akhirnya menjadi limbah,” ujar Amirullah.Selain itu, dugaan bahwa kapal yang dilelang diambil alih pemilik kapal Thailand bisa saja benar. ”Namun, hal itu sulit dipersoalkan karena mereka mengikuti proses lelang,” ujar Amirullah.Menurut Tarmizi, kelompok nelayan memiliki koperasi-koperasi nelayan yang memenuhi persyaratan mengikuti lelang. Dengan kata lain, mestinya mereka tidak kesulitan mengikuti lelang.(FER)