22 Mei 2007

Sedimentasi Sungai Rokan Relatif Tinggi

Tanggal : 22 Mei 2007
Sumber : http://rokanhilir.go.id/berita.php?go=beritalengkap&id=1732


BAGANSIAPI-API (RP) ----- Sedimentasi (pendangkalan) sungai Rokan terutama di semenanjung Kecamatan Rimbamelintang dalam kabupaten Rokan Hilir relatif tinggi. Hasil penelitian lingkungan hidup, dalam setahun, sedimentasi sungai Rokan terkhusus di Kepenghuluan Muktijaya mencapai 40 hingga 60 cm.

''Sedimentasi sungai Rokan di Kepenghuluan Muktijaya itu mutlak disebabkan gerusan abrasi di beberapa titik bibir sungai. Terutama diatas tekstur lahan yang labil dan lunak terhadap tahanan air,'' kata Ir Nahrowi, Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal) Bapedalda Kabupaten Rokan Hilir.

Dihubungi Sabtu ( 19/5) kemarin, pihaknya mengakui gerusan abrasi yang menyapu kawasan pertanian dan mengintai areal pemukiman penduduk tempatan relatif besar dan parah. Sedimentasi sungai Rokan yang diteliti selama beberapa tahun belakangan menguak bahwa potensi abrasi yang sejak beberapa tahun menerjang kawasan itu tidak akan pernah terhenti sepanjang pasang surut air laut masih menyeringai melintasi kawasan bibir sungai di hilir sungai Rokan itu.

''Bahkan bila tidak segera di tanggulangi, boleh jadi dusun itu akan hilang atau bahkan menyapa beberapa kepenghuluan yang berada di kecamatan Rimbamelintang. Sedimentasi di sungai Rokan itu juga sebabkan pengaruh desakan pasang laut menjadi lebih tegang dan senantiasa menghala tektur lahan di sepanjang bibir sungai,'' akunya menambahkan.

Menurut Roy, demikian Nahrowi dihadapan pers, sedimentasi menjadikan suatu fenomena alam yang disebut Bono oleh masyarakat tempatan. Bono, terjadi secara sporadis manakala pasang laut terjadi dalam skala besar atau biasa disebut pasang Keling. Bono merupakan riak gelombang pasang laut yang terdorong ditengah sungai tepat diatas pendangkalan. Dalam kondisi itu, air pasang menjadi berputar-putar bagai bola angin yang menghala tidak menentu. Barulah bono akan terhenti ketika telah mencium bibir sungai.

''Tak sekedar pasang laut yang menyebabkan gerusan air. Tapi keberadaan Bono yang sedianya pada saat-saat tertentu saja terjadi secara alamiah yang memperparah peristiwa abrasi itu. Dalam kondisi seperti itu, jangankan bibir sungai, kapal bertonase tinggipun akan ikut tergulung dalam pusar air bagai gelombang besar tersebut,'' tambah Roy.

Gerusan abrasi menurut nya, berkemungkinan dapat ditahan dengan system breaks water. Breaks water seperti dipantai-pantai yang berhadapan langsung dengan samudera seperti laut Sumbar, Laut Dumai dan banyak tempat ditanah air yang dibangun berbahan baku batu cadas alam dalam ukuran yang besar dan telah ditata dalam sudut kemiringan yang konvensional. Artinya, bila hanya dibangun dalam bentuk tanggul tembok atau berbahan dari tanah saja, jelas sangat-sangat mustahil.

''Bono itu sendiri merupakan fenomena alam yang menakjubkan untuk dilihat. Namun perlu diketahui, bono merupakan gelombang terbesar yang menghancurkan dan hanya terjadi di perairan sungai dan selat-selat yang tertahan dinding bersudut. Selain bono, pasang laut di pesisir laut Bagansiapiapi juga sangat besar didominasi dengan besaran volume air laut itu sendiri,'' Nahrowi.

Akan banyak persoalan yang perlu dipertimbangkan dan dikaji secara cermat dalam sebuah kontek penanggulangan daerah rawan abrasi di wilayah ini. Nahrowi tak menafikan bahwa satu upaya seperti pembangunan tanggul saja jelas masih sangat kurang. Karenanya, harus ada penghitungan yang skematis dan multi fungsi bila berharap abrasi dapat dihentikan.

''Dan tidak cukup bila hanya ditanggulangi oleh Pemkab semata. Soalnya, ini merupakan fenomena besar yang mesti di selesaikan dengan cara di keroyok secara massal. Baik itu Pemkab, Pemprov bahkan penting juga melibatkan pusat. Soalnya, Sungai Rokan ini merupakan terusan dari hulu sungai - sungai besar di Sumatera Barat. Hingga pasa akhirnya bermuara di Rohil,'' terang Roy

Tidak ada komentar: