23 November 2007

Pantai Indramayu Terancam Abrasi

Tanggal : 23 Nopember 2007
Sumber : http://64.203.71.11/kompas-cetak/0711/23/daerah/4020063.htm


Cirebon, Kompas - Pantai Indramayu rusak berat akibat abrasi. Nelayan khawatir, musim angin barat bulan Desember meningkatkan proses abrasi. Sejauh ini, abrasi telah menggerus rumah warga dan fasilitas umum. Penanaman bakau dinilai belum efektif, karena itu perlu dibangun pemecah ombak.


Berdasarkan pemantauan Kompas, kerusakan akibat abrasi terjadi di sepanjang pantai utara Jawa Barat, mulai dari Kabupaten Karawang, Pamanukan, Kabupaten Subang, Indramayu, hingga Cirebon.


Menurut Kepala Dinas Perikanan Provinsi Jabar Darsono, yang dihubungi Kamis (22/11), luas abrasi yang terjadi di sepanjang pantai Kabupaten Indramayu mencapai 2.000 hektar (ha), memakan ratusan rumah warga serta jalan umum.


Berdasarkan data dari Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jabar, daratan yang terkena abrasi di pantai utara Jabar mencapai 370,3 ha per tahun.


Penanaman bakau belum efektif karena belum setahun sudah mati. Seperti di Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu. Sebagian karena terseret ombak, sebagian lagi kurang perawatan.


Pemecahan ombak menjadi salah satu solusi. Namun, belum semua perkampungan tepi pantai dilindungi oleh pemecah ombak.


Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kabupaten Indramayu AR Hakim mengungkapkan, tahun 2007 abrasi di Kabupaten Indramayu mencapai 49,56 kilometer. Jumlah ini lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya 42,6 km. Pada 2008, Diskanla hanya mampu membangun pemecah ombak sepanjang 3,5 km.


Kajidin, Ketua Serikat Nelayan Indramayu, mengeluhkan, pantai Indramayu sudah tidak mempunyai banyak ikan. Nelayan harus menjala di tengah laut untuk mendapatkan ikan.


Menurut Darsono, kerusakan ekosistem menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah ikan. Kabupaten Indramayu menempati urutan pertama dalam hal kerusakan lingkungan laut di Jawa Barat.


Terumbu karang yang tersisa hanya 60 persen. Padahal terumbu karang merupakan tempat hidup ikan yang menjadi tangkapan nelayan.


Rusaknya terumbu karang, lanjut Darsono, akibat ulah sebagian nelayan yang ingin mendapatkan ikan dengan cara cepat, seperti menggunakan racun, bom, atau alat listrik. Karena itu, sosialisasi tentang pelestarian ekosistem terus dilakukan untuk mengurangi kerusakan.


Marak


Hal serupa terjadi di Lampung. Setelah aksi perusakan terumbu karang dengan bom ikan untuk mendapatkan ikan mereda, pencurian terumbu karang dan ikan hias kini marak terjadi di Teluk Kiluan, Tanggamus, Lampung. Pencurian diperkirakan sudah berlangsung selama enam bulan.


"Pencurian yang mengarah pada eksploitasi besar-besaran itu bisa memusnahkan beberapa spesies ikan hias dan terumbu karang," kata Ketua Yayasan Ekowisata CIKAL Lampung Riko Stefanus, Kamis kemarin.


Ikan hias dan terumbu karang dijual nelayan kepada pengepul di Rangai, Tarahan, Lampung Selatan.


Menurut Riko, jika seseorang mendapat izin usaha jual beli ikan hias, ia harus melengkapi usahanya dengan pembudidayaan ikan, sehingga tidak perlu lagi mengambil indukan dari laut bebas.

Tidak ada komentar: