Tanggal : 15 Januari 2008
Sumber : http://www.banjarmasinpost.co.id/content/view/13141/297/
PAKAR Rekayasa Pesisir Dr Subandono Diposaptono menyatakan, pasang muka air laut akan mencapai puncaknya pada Juni 2008 akibat fenomena "perigee" atau jarak terdekat bulan-matahari.
"Revolusi benda langit itu bentuknya elips, ada saat jarak terdekat, ada saat jarak terjauh. Muka air pasang tinggi tertinggi ini berulang hanya 18,6 tahun sekali, dan Juni 2008 adalah puncaknya," kata Kasubdit Mitigasi Bencana dan Pencemaran Lingkungan DKP itu, di Jakarta, Senin (14/1).
Sekarang, urainya, bumi dalam periode menuju puncak pasang tinggi tertinggi (highest high water level) itu, sehingga wajar jika pasang-pasang yang terjadi setiap bulan akhir-akhir ini juga sangat maksimal.
Itulah mengapa sejak tahun terakhir pasang laut (rob) mulai menjadi fenomena di pesisir Indonesia. Fenomena ini akan mulai menurun setelah Juni 2008, dan akan berulang lagi pada 2027 di mana Januari menjadi puncaknya, tambahnya.
"Karena itu tanggal 21-22 Januari ini ketika purnama, kondisi pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera dan lain-lain perlu diwaspadai lagi akan digenangi rob," katanya.
Pasang maksimal akan diperparah jika dibarengi kejadian lain seperti pembentukan siklon, hingga adanya alun (swell). Pembentukan siklon, ujarnya, akibat perbedaan tekanan udara yang kontras dan membuat massa udara bergerak membentuk pusaran di pusat tekanan rendah, di mana setiap 10 milibar penurunan tekanan udara menyebabkan kenaikan muka air laut sekitar 10 centimeter.
Sedangkan swell dibangkitkan oleh angin yang terjadi akibat depresi tekanan lintang menengah di selatan samudera Hindia dan menjalar ke pantai, tanpa halangan antara selatan Afrika dan barat daya Australia dan juga di pesisir yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik dan bisa membuat gelombang berketinggian lima meter.
Sementara itu, Peneliti dari Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa LAPAN Dr Thomas Djamaluddin mengatakan, siklus pasang bulan-matahari pada Juni 2008 kira-kira akan sama kejadiannya dengan 18,6 tahun lalu dan tidak ada keistimewaannya. "Potensi rob Juni itu biasa saja, kecuali ada faktor cuaca ekstrem seperti Mei tahun lalu," katanya.
Menurut dia, rob maksimum dari efek bulan-matahari justru terjadi pada Desember-Februari akibat efek cuaca yang memperkuat. "Pasang maksimum berpotensi terjadi sekitar 19 Januari dan 18 Februari. Ini perlu diwaspadai kalau faktor cuaca memperparahnya dan menyebabkan gelombang besar," katanya
Ombak 4 Meter
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mengingatkan masyarakat pelayaran, untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya gelombang laut atau ombak yang cukup tinggi sampai empat meter hingga tiga hari kedepan.
"Perairan Indonesia gelombangnya cukup tinggi. Karena itu, perahu-perahu kecil hingga sedang harus waspada hingga tiga hari ke depan," kata prakirawan BMG Maritim Tanjung Perak Surabaya, Supeno, di Surabaya, Senin.
Berdasarkan pantauan BMG, gelombang laut yang cukup tinggi berada di perairan Samudera Indonesia (1,5-5 meter), Bawean-Masalembu (1,5-3,5 meter), Laut Jawa (0,5-3,5 meter), Selat Lombok (1,3-3,5 meter), dan Bawean (0,8-3 meter).
Tingginya gelombang itu, katanya, karena angin barat bertiup cukup kencang. Angin tersebut terjadi akibat munculnya bibit badai berupa pusat tekanan rendah yang ada di selatan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan di Laut Cina Selatan. Karena itu, kapal-kapal berukuran kecil hingga sedang, harus waspada. Jika dinilai membahayakan, sebaiknya tidak berlayar dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar