27 Agustus 2007

Menuju Teluk Jakarta Berkelanjutan

Tanggal : 27 Agustus 2007
Sumber : http://www.sinarharapan.co.id/berita/0708/27/sh04.html

Harian Umum Sinar Harapan selama 4 hari, Senin 27 Agustus sampai Kamis 30 Agustus, akan melakukan Ekspedisi Pesisir Teluk Jakarta 2007. Tim ekspedisi yang terdiri dari wartawan SH, anggota Mapala Universitas Indonesia dan Peneliti dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Insitut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB) membagi kegiatan pada wilayah pesisir dan laut, serta wilayah Daerah Aliran Sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta. Ekspedisi ini bisa terselenggara dengan bantuan dari PT Asian Agri. Berikut ini adalah tulisan pengantar yang disusun oleh Suhana, peneliti pada PKSPL-IPB.

Kawasan Pesisir dan Laut Teluk Jakarta merupakan wilayah pesisir yang strategis sekaligus paling rentan terhadap perubahan, gangguan, dan pencemaran oleh manusia. Strategis karena Teluk Jakarta merupakan pintu gerbang utama aktivitas ekonomi kelautan di Indonesia, khususnya untuk wilayah bagian barat sementara. Namun dikatakan paling rentan karena daerah ini merupakan penyangga bagi ekosistem daratan Jakarta yang demikian tinggi aktivitas manusianya.

Kerentanan Teluk Jakarta juga disebabkan oleh terus meningkatnya kebutuhan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir untuk kegiatan pariwisata, industri, dan permukiman.


IRCOM
Jenis pencemaran utama di kawasan Teluk Jakarta adalah pencemaran bahan organik, organisme pathogen, logam-logam dan minyak. Bahan organik dan organisme pathogen bersumber dari aktivitas manusia di kawasan perkotaan dan juga pertanian di hulu sungai Ciliwung, Citarum dan Cisadane. Logam-logam terlarut bersumber dari berbagai aktivitas industri baik industri kecil, menengah maupun besar di sepanjang ketiga DAS tersebut.

Perairan Teluk Jakarta selalu menerima limbah organik hasil aktivitas belasan juta manusia di kawasan Jabotabek. Permasalahan utama di kawasan ini adalah belum tersedianya fasilitas pengolah limbah cair domestik, sehingga limbah cair masuk ke perairan Teluk Jakarta tanpa terolah.

Data menunjukkan bahwa konsentrasi ammonia lebih buruk dari standar, bahkan sampai 10 kalinya. Konsentrasi nitrat tahun 2002 tercatat 5 kali lebih jelek dari standar. Konsentrasi nitrat dan fosfat lebih jelek dari standar tahun 2001, tetapi lebih baik pada tahun 2002. Konsentrasi fenol, timah, dan tembaga lebih baik dari standar pada tahun 2001 dan 2002. Dari Ciliwung, Cipinang, Mookervart, dan sungai-sungai lain juga terdapat beban BOD, COD, TSS, dan nutrient (nitrat, nitrit, fosfat) yang memasuki perairan Teluk Jakarta mencapai ratusan ribu ton setiap tahunnya.

Sesungguhnya, kematian massal ikan dan biota air lainnya di kawasan Teluk Jakarta beberapa waktu yang lalu merupakan puncak dari sebuah gunung es permasalahan pencemaran perairan di kawasan ini.

Menurut Tridoyo Kusumastanto, pendekatan yang dapat dilakukan dalam membangun Teluk Jakarta adalah pengelolaan Wilayah Pesisir, Laut dan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara Terpadu (Integrated River Basin, Coastal and Ocean Management-IRCOM). Konsep dasarnya adalah bahwa dalam pengelolaan pesisir, kondisi biogeofisik, dan sosial ekonomi yang dikaji tidak hanya wilayah pesisirnya, tetapi juga kondisi biogeofisik dan sosial ekonomi yang ada di sekitar DAS dan pengaruh dari laut lepas, karena justru sebagian besar limbah dan partikel tersuspensi yang masuk ke wilayah pesisir berasal dari DAS.

Limbah dan partikel tersuspensi tersebut tidak saja terbawa oleh aliran air pada saat hujan, tetapi secara terus-menerus dibuang ke sungai melalui saluran pembuangan limbah sehingga andilnya sangat besar terhadap pencemaran yang terjadi di wilayah pesisir kawasan Teluk Jakarta.


Bukan Instan
“Melalui IRCOM, tidak saja akan diketahui tingkat pencemaran yang terjadi di wilayah pesisir, tetapi juga akan diketahui proses-proses alami yang terjadi di sekitar DAS seperti siklus air, transfer material dan energi yang terjadi di sekitar DAS dan wilayah pesisir,” ungkap Tridoyo.

Selain itu, akan diketahui pula aktivitas-aktivitas manusia yang berada di sekitar DAS dan wilayah pesisir yang mempengaruhi proses-proses alami yang terjadi seperti urban development (perumahan, industri dan sebagainya), rural activities (kehutanan, peternakan, pertanian, perikanan, dan sebagainya), serta infrastruktur (irigasi, bendungan, pintu air dan dam).

IRCOM bukan pendekatan yang instan dan singkat, tetapi merupakan sebuah pendekatan studi yang terpadu, menyeluruh dan detail, dari beberapa proses perencanaan pengelolaan lingkungan. Pendekatan terpadu ini sangat penting agar akar permasalahan tentang pencemaran air, kondisi alam dan dinamika fisik persebaran bahan pencemar, jenis-jenis pencemaran, penyebab pencemaran dan efek dari pencemaran terhadap mahluk hidup dapat terjawab. Kemudian disusul langkah-langkah penyelesaian permasalahan dengan tepat.

Pengelolaan pesisir dan laut Teluk Jakarta tidak dapat terlepas dari pengelolaan daerah tangkapan (catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) di wilayah hulu. Dengan kata lain, pengelolaan yang terpadu antara kawasan pesisir dan DAS dibutuhkan agar pemanfaatan secara optimal sumber daya pesisir Teluk Jakarta dapat dilakukan.

Pengelolaan kawasan DAS dan laut dalam satu kesatuan area pengelolaan mengkaitkan sistem alam, ekonomi, dan lingkungan serta proses ekologi sehingga tekanan terhadap ekosistem kawasan pesisir, DAS dan lautan dapat dikurangi.

Degradasi lingkungan perairan Teluk Jakarta merupakan akibat kegiatan manusia yang tidak hanya bersumber di Teluk Jakarta, namun juga bersumber di sepanjang DAS yang mengalir ke kawasan Teluk Jakarta. Tercatat ada tiga DAS utama yang bermuara di Teluk Jakarta, yaitu DAS Ciliwung, Citarum, dan Cisadane.

Perlu penanganan menyeluruh atas segala aktivitas penghasil limbah di sepanjang daerah tangkapan air, mulai dari daerah hulu di kawasan Bogor (Ciliwung dan Cisadane) maupun daerah Bandung (Citarum). Tanpa melibatkan DAS, upaya pengelolaan kawasan Teluk Jakarta, khususnya mengatasi pencemarannya akan tidak mengenai sasaran dan sifatnya menjadi sementara belaka.

Tidak ada komentar: