30 Agustus 2007

Bali Stop Pemanenan Bunga Karang

Tanggal : 30 Agustus 2007
Sumber : http://64.203.71.11/ver1/Iptek/0708/30/183239.htm


SANUR, KAMIS - Untuk memelihara keberadaan terumbu karang (coral) di perairan laut Bali, pemerintah daerah setempat bertekad untuk mengupayakan tidak adanya lagi pemanenan bunga karang.


"Kita stop pemanenan bunga terumbu karang. Bunga yang memang sangat indah bentuk dan warnanya itu, cukup hanya dapat dinikmati di dasar laut," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bali, Ir IBP Wisnawa Manuaba, di Sanur-Denpasar, Kamis (30/8).


Di sela-sela kegiatan "Underwater Videography Training (UVT)", Wisnawa menyebutkan, selama ini pihaknya masih menemukan adanya warga yang secara sembunyi-sembunyi memanen bunga terumbu karang. Bunga yang muncul dari terumbu karang yang tumbuh di habitatnya di dasar laut itu, dipanen untuk dijadikan cinderamata.


"Sekarang kami tekankan, ’cinderamata" itu cukup hanya dapat dinikmati bagi para penyelam (diving) saja," ucapnya.


Sementara itu, Kasubdin Sumberdaya DKP Bali Saleh Purwanto, menambahkan, dengan kemampuan masyarakat dalam menjual terumbu karang berikut bunganya yang lestari di dasar laut, senantiasa akan memperoleh keuntungan yang jauh lebih besar daripada memetiknya.


"Keuntungan tidak hanya akan datang dari para pelancong yang mencintai keindahan bawah laut, tetapi juga bagi ekosistem di perairan itu sendiri" katanya. Dengan terumbu karang yang lestari, senantiasa aneka jenis ikan dan biota laut lainnya akan dapat tumbuh dan berkembang secara subur.


"Sebaliknya bila tanpa terumbu karang, jangan harap ada kehidupan lain yang dapat bertahan di laut," kata Saleh menandaskan.


Untuk merehabilitasi bagian terumbu karang yang rusak bahkan mati, DKP Bali sejak tahun 1991 telah melakukan berbagai upaya, termasuk melibatkan unsur masyarakat luas. Namun, kerusakan yang ada belum sepenuhnya dapat direhabilitasi sehubungan masih ada pihak yang kurang sadar dengan manfaat unsur kehidupan di perairan itu.


Mengenai potensi terumbu karang, Kadis mengatakan, wilayah perairan laut Bali seluas lebih dari 4.000 kilometer persegi, tercatat memilik hamparan "coral" yang tersebar pada 73 lokasi.


"Terumbu karang yang tersebar pada 73 lokasi di dasar laut tersebut, secara keseluruhan luasnya mencapai 65,08 kilometer persegi. Namun sungguh disayangkan, beberapa bagian dari terumbu karang seluas itu, belakangan ini diketahui mengalami kerusakan," ucap Wisnawa.


Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 2003, sebesar 34,41 persen di antaranya telah rusak, bahkan 27,38 persen lainnya diketahui telah dalam keadaan mati. Kerusakan tersebut selain diakibatkan proses alam, juga sebagian merupakan dampak dari praktik "destructive fishing" serta bentuk pemanfaatan lain yang kurang memperhatikan kaidah pelestarian.


Pelatihan yang diprakarsai Coral Reef Rehabilitation and Management Project (Coremap) dan berlangsung sejak 26 Agustus hingga 2 September mendatang itu, diikuti 14 peserta terdiri atas unsur DKP, fotografer amatir bawah laut, jurnalis dan pemerhati lingkungan. Kegiatan dengan memanfaatkan kamera video kali ini merupakan kelanjutan dari pelatihan fotografi bawah laut yang telah dilaksanakan sebelumnya.


Tidak ada komentar: