Tanggal : 26 Agustus 2007
Sumber : http://www.antara.co.id/arc/2007/8/26/tujuhbelas-persen-terumbu-karang-dunia-tumbuh-di-indonesia/
Sanur, Bali (ANTARA News) - Sebanyak 17 persen dari luas hamparan terumbu karang (coral) dunia, tumbuh dan berkembang di perairan laut yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
"Kita punya hamparan terumbu karang yang cukup besar dibandingkan negara-negara lain di dunia," kata Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Prof Dr Ir Syamsul Maarif, di Sanur, Denpasar, Minggu.
Usai membuka kegiatan "Underwater Videography Training (UVT)", Dirjen menyebutkan sejalan dengan hamparannya yang cukup luas, sumbangan "coral" Indonesia terhadap kehidupan di bawah permukaan laut pun begitu besar.
"Ikan misalnya, yang tumbuh dan berkembang di Indonesia sangat banyak, baik dari segi jumlah maupun spesiesnya," kata Dirjen.
Namun demikian, lanjut dia, kenyataan di lapangan belakangan ini sangat memprihatinkan karena cukup banyaknya terumbu karang yang hancur, mati dan rusak.
"Sekitar 70 persen dari luas hamparan terumbu karang (coral) yang tersebar di perairan laut Indonesia, kini dalam keadaan rusak, bahkan beberapa di antaranya rusak berat hingga berupa kematian," kata Syamsul.
Sementara yang 30 persen sisanya, lanjut dia, hanya enam persen yang masih dalam kondisi sangat bagus, dan 24 persen yang lain tergolong bagus.
Oleh karena itu, rehabilitasi terumbu karang perlu secepatnya dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat.
"Jika langkah penyelamatan tidak segera diambil, Indonesia bahkan dunia, tidak lagi akan mengenal adanya kehidupan seperti ikan dan biota lain di wilayah perairan laut," katanya.
Direktur Coral Reef Rehabilitation and Management Project (Coremap), Ir Yaya Mulyana, menambahkan, ada sejumlah faktor yang telah mengakibatkan rusak dan hancurnya terumbu karang di hampir semua daerah perairan Nusantara.
Faktor tersebut tidak hanya datang secara alami seperti bencana alam, tetapi juga akibat ulah manusia. "Justru sebagian besar `coral` tercatat hancur akibat ulah manusia," ucapnya.
Menurut dia, manusia dengan berbagai aktivitasnya, telah mencemari perairan laut dengan aneka polutan yang dapat membunuh terumbu karang.
"Polutan tersebut tidak hanya datang dari limbah sejumlah industri, namun limbah rumah tangga pun mengambil peranan yang cukup besar. Yang lebih parah lagi, ada manusia yang sengaja menebar racun dan meledakkan bom di laut," kata Yaya.
Peledakan bom dan menebaran racun jenis sianida tersebut, sengaja dilakukan orang untuk tujuan menangkap ikan. "Ini sungguh upaya sesat yang sifatnya sesaat. Sebab, setelah itu, ikan tak pernah dapat tumbuh dan hidup kembali," ujar Yaya menegaskan.
Pelatihan yang diprakarsai Coremap dan akan berlangsung hingga 2 September mendatang itu, diikuti 14 peserta terdiri atas penyelam, pemerhati lingkungan, jurnalis dan fotografer amatir bawah laut.
Pelatihan kali ini merupakan kelanjutan dari pelatihan fotografi bawah laut yang sudah diselenggarakan sebelumnya, kata Putu Widyastuti Rudolf, Humas kegiatan itu.
Sumber : http://www.antara.co.id/arc/2007/8/26/tujuhbelas-persen-terumbu-karang-dunia-tumbuh-di-indonesia/
Sanur, Bali (ANTARA News) - Sebanyak 17 persen dari luas hamparan terumbu karang (coral) dunia, tumbuh dan berkembang di perairan laut yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
"Kita punya hamparan terumbu karang yang cukup besar dibandingkan negara-negara lain di dunia," kata Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Prof Dr Ir Syamsul Maarif, di Sanur, Denpasar, Minggu.
Usai membuka kegiatan "Underwater Videography Training (UVT)", Dirjen menyebutkan sejalan dengan hamparannya yang cukup luas, sumbangan "coral" Indonesia terhadap kehidupan di bawah permukaan laut pun begitu besar.
"Ikan misalnya, yang tumbuh dan berkembang di Indonesia sangat banyak, baik dari segi jumlah maupun spesiesnya," kata Dirjen.
Namun demikian, lanjut dia, kenyataan di lapangan belakangan ini sangat memprihatinkan karena cukup banyaknya terumbu karang yang hancur, mati dan rusak.
"Sekitar 70 persen dari luas hamparan terumbu karang (coral) yang tersebar di perairan laut Indonesia, kini dalam keadaan rusak, bahkan beberapa di antaranya rusak berat hingga berupa kematian," kata Syamsul.
Sementara yang 30 persen sisanya, lanjut dia, hanya enam persen yang masih dalam kondisi sangat bagus, dan 24 persen yang lain tergolong bagus.
Oleh karena itu, rehabilitasi terumbu karang perlu secepatnya dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat.
"Jika langkah penyelamatan tidak segera diambil, Indonesia bahkan dunia, tidak lagi akan mengenal adanya kehidupan seperti ikan dan biota lain di wilayah perairan laut," katanya.
Direktur Coral Reef Rehabilitation and Management Project (Coremap), Ir Yaya Mulyana, menambahkan, ada sejumlah faktor yang telah mengakibatkan rusak dan hancurnya terumbu karang di hampir semua daerah perairan Nusantara.
Faktor tersebut tidak hanya datang secara alami seperti bencana alam, tetapi juga akibat ulah manusia. "Justru sebagian besar `coral` tercatat hancur akibat ulah manusia," ucapnya.
Menurut dia, manusia dengan berbagai aktivitasnya, telah mencemari perairan laut dengan aneka polutan yang dapat membunuh terumbu karang.
"Polutan tersebut tidak hanya datang dari limbah sejumlah industri, namun limbah rumah tangga pun mengambil peranan yang cukup besar. Yang lebih parah lagi, ada manusia yang sengaja menebar racun dan meledakkan bom di laut," kata Yaya.
Peledakan bom dan menebaran racun jenis sianida tersebut, sengaja dilakukan orang untuk tujuan menangkap ikan. "Ini sungguh upaya sesat yang sifatnya sesaat. Sebab, setelah itu, ikan tak pernah dapat tumbuh dan hidup kembali," ujar Yaya menegaskan.
Pelatihan yang diprakarsai Coremap dan akan berlangsung hingga 2 September mendatang itu, diikuti 14 peserta terdiri atas penyelam, pemerhati lingkungan, jurnalis dan fotografer amatir bawah laut.
Pelatihan kali ini merupakan kelanjutan dari pelatihan fotografi bawah laut yang sudah diselenggarakan sebelumnya, kata Putu Widyastuti Rudolf, Humas kegiatan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar