01 Agustus 2007

Longsoran Bibir Sungai Perparah Abrasi Muktijaya

Tanggal : 1 Agustus 2007
Sumber : http://rokanhilir.go.id/berita.php?go=beritalengkap&id=2084


MUKTIJAYA (RP) - Akibat pasang surutnya air sungai rokan diwilayah Kepenghuluan Muktijaya, Kecamatan Rimbamelintang sebabkan terjadinya longsor-longsor kecil yang kerap memakan bibir sungai tersapu gelombang. Meski tak besar, namun gerusan yang terjadi akibatkan muntahan bibir sungai tak dapat dibendung begitu saja.

''Kemarin saja terdapat tiga titik longsoran bibir sungai yang mengakibatkan gerusan abrasi. Meski tak seberapa besar, namun bila berkelanjutan dalam waktu yang panjang, tidak mustahil reruntuhan tebing akan terus menyerusuk hingga kepemukiman penduduk," ujar Ketua KTNA Rohil Alkahfi Sutikno dari bibir sungai rokan di kepenghuluan Muktijaya.

Kepada Riau Pos, pihaknya mengklaim reruntuhan terjadi akibat pasang surut air sungai yang menghala secara langsung kepada muara pantai Bagansiapiapi itu terjadi kontinu bahkan setiap hari. Saat itu saja, reruntuhan bibir sungai rokan tersebut terjadi secara bersamaan jelang air sungai surut. Bahkan, setakat ini belum ada upaya yang dapat menahan laju gerusan meski pekerjaan pembangunan benteng tetap dilaksanakan. "Karena pasang surut air laut tersebut terjadi dalam skala besar. Jelas reruntuhan kecil-kecil dalam waktu bersalang hari akan menjadi besar seiring tekstur lahan yang rapuh dalam menahan gelombang pasang" imbuh Alkahfi yang juga PPL tersebut.

Disadarinya, hujan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir juga turut mempengaruhi keadaan tanah. Begitu hujan, tanah akan menjedi lembek dan becek sehingga elastisitas bibir sungai tak mampu membendung debit pasang laut. "Kita coba lakukan pemetaan dibeberapa titik disepanjang bibir sungai yang endemi abrasi. Hasilnya, hampir secara keseluruhan termakan gerusan abrasi. Walau tak banyak, gerusan-gerusan yang terjadi setiap pasang mengenyahkan ketahanan tanah," sambung Alkahfi lagi.

Pemetaan yang dilakukan dengan menandai setiap bibir sungai dengan jarak 2 hingga meter menggunakan kayu ataupun serpihan papan yang tersedia, membuktikan bahwa setiap pancangan tersebut mengalami gesekan. Gesekan air dalam tempo beberapa hari, semakin mendekatkan jarak bibir sungai dengan tiang pancang yang ada. "Ada beberapa titik yang kelihatan parah. Mungkin termakan hingga sepuluh centimeter dalam sepekan. Ya jelas inilah bencana panjang akibat gerusan abrasi," ujar Alkahfi.

Namun, pihaknya tetap optimis dengan pekerjaan pembangunan turap atau tanggul penahan abrasi secara permanen. Dimana debit air yang demikian besar tidak serta merta menyapa tanah di bibir sungai. Karenanya, peluang untuk menghambat longsoran akan semakin besar sehingga gerusan abrasi setidaknya dapat tertahan dari benteng yang terbuat dari beton. "Hanya itu satu-satunya harapan. Yang jelas, saat hujan itulah kelenturan tanah akan labil. Dan akan sangat mudah terpecah-pecah kemudian digerus pasang surutnya air laut," tutupnya.(

Tidak ada komentar: