Sumber : http://www.kapanlagi.com/h/0000175726.html
Kapanlagi.com - Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Serang Edy Kelana mengatakan, ancaman gelombang dan cuaca buruk masih akan terjadi di sekitar perairan Banten dan bisa membahayakan keselamatan para nelayan dan kegiatan pelayaran.
"Dalam catatan kami peluang terjadinya hot spot yang dapat menimbulkan tiupan angin kencang dan puting beliung masih akan terjadi dalam tiga hari ke depan. Indikasi tersebut tampak jelas dari kecepatan angin rata-rata yang bertiup saat ini hingga mencapai 17 knot di Selat Sunda," kata Kelana di Serang, Sabtu.
Menurut dia, ancaman gelombang tinggi bisa terjadi saat tekanan udara di satu titik menurun secara drastis yang akan diikuti tiupan angin kencang kemudian menimbulkan gejolak ombak hingga bisa mencapai ketinggian lebih dari tiga meter.
"Ancaman gelombang dan cuaca buruk yang cukup berbahaya bisa terjadi khususnya di perairan Samudra Indonesia atau di wilayah Banten Selatan, sementara di Laut Jawa atau wilayah Banten Utara bisa juga terjadi hal serupa tapi kekuatannya lebih kecil," katanya.
Namun demikian, kata Edy, karena potensi "hot spot" akan terjadi secara merata seiring akan terjadinya perubahan musim menjelang datangnya musim kemarau, ancaman cuaca buruk bisa terjadi di sembarang tempat di sepanjang jalur perairan Banten dan wilayah pesisir baik Utara dan Selatan.
"Cuaca buruk yang terjadi karena perbedaan tekanan secara drastis bisa terjadi sewaktu-waktu dan di sembarang tempat. Karena itu para nelayan di perairan Utara lebih-lebih di Selatan Banten sebaiknya tetap waspada," demikian Edy Kelana.
Takut tsunami
Sementara itu terjadinya cuaca buruk ditambah tiupan angin cukup kencang di perairan utara Kabupaten Serang, sore kemarin sempat membuat panik warga Serang Utara seperti yang terjadi di Kampung Lontar, Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa..
"Kepanikan warga semakin menjadi-jadi karena sebelumnya kami sempat mendengar isu akan terjadi tsunami, maka ketika terjadi cuaca buruk dan angin bertiup sangat kencang sekitar seribu warga di sini kalang kabut dan sempat mengungsi ke Masjid Jami Nurul Islam," kata Cecep Subarna (39) Ketua RT setempat.
Semula sebagian besar warga Kampung Lontar yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan tradisional menganggap hal itu sebagai kejadian biasa.
Namun setelah lewat 15 menit, terjangan angin semakin kencang yang mengakibatkan ombak di Pantai Lontar makin mengamuk hingga mencapai sebagian rumah warga, membuat warga semakin ketakutan.
"Maka tanpa dikomando, sekitar seribu warga Kampung Lontar, pria-wanita, dewasa-anak kecil, dan tua-muda, kalang kabut berlari meninggalkan rumah dan masuk ke Masjid Jami Nurul Islam yang jaraknya lebih jauh dari bibir pantai," kata Cecep.
Dibayang-bayangi kejadian buruk akibat tsunami seperti di Aceh, ratusan warga berlindung di masjid dan sebagian lainnya naik ke menara Masjid.
"Karena tidak semua warga bisa tertampung, ratusan warga lainnya berjejal di luar Masjid. Jalan desa yang panjangnya ratusan meter dipenuhi warga yang saat itu ketakutan," kata Zaenuri Said (45), yang juga mengaku ikut berlindung di Masjid.
Kepanikan warga mulai hilang dan kembali tenang setelah sekitar satu jam kemudian kondisi cuaca mulai membaik hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kembali ke rumah masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar