Tanggal : 28 Juli 2008
Sumber : http://cetak.kompas.com/read/
Tijem (50) memanen tanaman padinya yang mengering hingga kecoklatan di lahan persawahan di Desa Cirangkong, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (27/7). Dari lahan sawahnya seluas 3.000 meter persegi, Tijem hanya mendapatkan hasil panen 1 kuintal. Jumlah ini turun dari hasil panen sebelumnya yang 15 kuintal gabah. Kekeringan ini juga menyebabkan dirinya menunda musim tanamnya hingga datangnya musim hujan.
Senin, 28 Juli 2008 | 03:00 WIB
Bandung, Kompas - Kekeringan yang menimpa lumbung padi nasional, Jawa Barat, pada tahun 2008, menurut catatan Dinas Pengelolaan Dinas Sumber Daya Air Jabar, pada Juni sebesar 77.619 hektar tanaman padi. Selain itu, 86.435 hektar terancam kekeringan dan 9.947 hektar tanaman padi mengalami gagal panen.
Kepala Dinas Pertanian Jabar Luky Djunaedi, pekan lalu, membeberkan, meski luas kekeringan lahan sawah tahun ini terhitung cukup besar dan bisa bertambah mengingat musim kemarau masih berjalan, hal itu masih lebih baik daripada kekeringan 2005.
”Tahun 2005, angka puso mencapai 30.000 hektar,” kata Luky. Daerah yang mengalami kekeringan dan terancam kekeringan paling luas berada di Kabupaten Indramayu, Cirebon, Cianjur, Sukabumi, dan Tasikmalaya.
Di Kabupaten Cirebon, luas lahan pertanian yang terkena maupun terancam kekeringan terus meluas. Hingga pekan keempat Juli, luas tanaman padi yang mengalami kekeringan mencapai 7.637 hektar atau 9,5 persen dari luas tanam Januari-Juni 2008, yaitu 80.000 hektar.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Cirebon Ali Effendi mengatakan, pekan keempat Juli ini lahan yang terkena kekeringan tercatat 7.637 hektar. Sementara lahan yang terancam kekeringan 6.923 hektar. Saat ini, luas tanaman padi yang gagal panen mencapai 1.180 hektar.
Di Indramayu, hingga pertengahan Juli, tercatat 34.881 hektar lahan sawah kekeringan. Dari keterangan resmi, hujan yang tidak turun selama hampir satu bulan menyebabkan luas tanaman padi yang gagal panen mencapai 13.784 hektar.
Meningkat 30 persen
Dalam waktu setengah bulan, luas lahan yang kekeringan di Indramayu meningkat 30 persen dari semula 26.078 hektar. Diperkirakan, kekeringan tahun ini akan lebih parah dibandingkan tahun lalu. Sebab, selama tahun 2007, luas puso hanya 14.000 hektar, sedangkan tahun 2008 sampai bulan Juli luas puso sudah mencapai 13.700 hektar.
Sawah di sebagian besar Kabupaten Indramayu dan Cirebon, serta sebagian kecil Kabupaten Majalengka, sangat bergantung pada Bendung Rentang. Sayangnya, debit air yang masuk ke Bendung Rentang dari hari ke hari semakin kecil.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, menurunnya debit air di saluran irigasi membuat kekeringan lahan pertanian terus meluas. Petani terpaksa menyedot air menggunakan mesin pompa. Akibatnya, biaya produksi membengkak untuk menyewa mesin dan membeli bensin.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, sudah 180 hektar lahan sawah mengering dan 119 hektar tanaman padi di antaranya mengalami gagal panen. Kerugian ditaksir lebih dari Rp 500 juta. Untuk mencegah kekeringan meluas, petani diberi bantuan 22 pompa air.
Kekeringan juga melanda Kecamatan Imogiri, Pundong, Dlingo, dan Sedayu. Dari 180 hektar lahan yang mengering, 18 hektar rusak berat, 14 hektar rusak sedang, dan 32 hektar ringan.
Nasib serupa dialami petani Desa Balerejo, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Misalnya Suryadi (45), tiap tahun mulai Mei harus mengeluarkan uang lebih untuk menyewa sumur pompa guna mengairi sawahnya karena air dari Waduk Dawuhan tidak lagi sampai ke sawahnya. Penyebabnya saluran irigasi dari waduk sampai ke sawahnya penuh dengan endapan.
Berbeda dengan Jawa, Provinsi Sumatera Barat diuntungkan oleh letak geografis yang membuat hujan turun sepanjang tahun. (DEE/ENY/THT/APA/ART)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar