Sumber : http://www.melanesianews.org/suara/publish/ekologi/Hutan_Bakau_Tergusur111207.shtml
Ribuan rumah memadati pesisir pantai Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara. Hilangnya hutan bakau di sebagian besar kawasan pantai utara Jakarta mengakibatkan rusaknya ekosistem di Teluk Jakarta, intrusi air laut ke daratan, dan abrasi.
[JAKARTA] Luas hutan bakau di pesisir Jakarta yang antara lain berfungsi menahan gempuran gelombang pasang air laut, mulai menyempit. Hal itu disebabkan gencarnya reklamasi pantai utara Jakarta untuk dijadikan permukiman, seperti di wilayah Ancol dan Marunda.
Pantauan udara Senin (10/12) menunjukkan, bangunan beton berupa kawasan niaga, permukiman, dan tanggul, tampak memagari pesisi utara Jakarta, sepanjang Muara Angke, Pluit, Pantai Mutiara, Penjaringan, Ancol, Tanjung Priok, Cilincing, dan Marunda.
Di beberapa lokasi, tanggul tampak jebol. Meskipun tidak besar, namun ada celah bagi air laut untuk menyusup ke daratan, dan menggenangi rumah warga saat pasang tiba.
Dari ketinggian sekitar 160 meter di atas permukaan laut, juga terlihat pepohonan bakau di beberapa titik. Luasan lahan bakau ini jauh lebih kecil dibanding area yang dijadikan bangunan.
Sebaran pohon bakau juga tidak melulu di tepi laut. Di wilayah Cilincing, misalnya, pepohonan bakau dike- lilingi permukiman nelayan.
Terkait kurangnya vegetasi bakau di pantai utara Jakarta, menurut Kepala Divisi Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Halisah Khalid, akibat kebijakan pemerintah yang salah. Pemerintah, lanjut Halisah, berpendapat bahwa hutan bakau menghambat perniagaan. Padahal, bakau bernilai ekonomi besar, selain fungsi ekologinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar