31 Desember 2007

Menuai Bencana Demi Bencana

Tanggal : 31 Desember 2007
Sumber : http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=50167

BUMI mengalami kerusakan yang cukup parah. Konstruksi tanah menjadi rapuh.Teramat mudah terjadi longsor. Laut tercemar, kerusakan karang cukup besar, biota laut tidak stabil. Udara semakin kotor. Makhluk bumi di daerah tropis mengeluh, mengapa udara terasa sangat gerah dan sinar matahari seakan meretakkan ubun-ubun?

Udara

Mari kita mendongak ke langit. Pada ketinggian 20-50 km di atas sana, payung bumi berupa lapisan ozon sudah berlubang. Di beberapa wilayah sinar ultraviolet langsung menghujam bumi tanpa halangan sedikit pun.

Kabar yang lebih menakutkan, di atas Antartika, lubang lapisan ozon menjadi 25 juta km persegi atau hampir sama luas Amerika Utara!

Ini tentu ancaman bencana yang mahadahsyat. Sinar matahari secara telanjang menerpa gunung es yang selama ini menjadi penyeimbang bumi. Perlahan-lahan lapisan es di kutub akan mencair. Pencairan tersebut menjadikan debit air bertambah.

Praktis air laut akan menjadi pasang. Ketinggian air laut akan naik satu hingga dua meter.

Mari kita membuka peta dunia. Berapa ribu pulau akan lenyap dan sebagian akan menjadi kota bawah laut. Pulau-pulau eksotik seperti Honolulu, Hawaii, Azores, Cape Verde, Iceland, Bermuda, Cocos, dan boleh jadi Khayangan akan tinggal cerita. Bentuk peta dunia tidak lagi seperti sekarang.

Bagaimana nasib negara kita? Entah bagaimana nasib kota-kota sentral seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.

Lapisan ozon (O3) semakin rusak. Juga luas. Kerusakan tersebut terus bertambah. Padahal, lapisan atmosfir merupakan unsur penting kehidupan. Kelestariannya sangat perlu dijaga. Ozon berperan sebagai penapis, atau semacam payung bumi, agar terhindar dari radiasi sinar ultraviolet B matahari langsung.

Manusia, hewan, dan tumbuhan tidak mempunyai daya tahan yang cukup lama dari terpaan sinar ultraviolet. Bahaya terhadap manusia berupa semakin turunnya kekebalan tubuh, meningkatnya penyakit infeksi, kanker kulit, peradangan, dan katarak.

Kualitas tanaman juga menurun. Populasi hewan terganggu karena rusaknya ekosistem, baik di laut maupun darat.

Ozon rusak karena udara yang tercemar. Pencemaran udara dikarenakan semakin tingginya penggunaan bahan perusak ozon dalam kehidupan manusia. Bahan perusak ozon biasanya digunakan dalam bentuk tembakau, halon, foam, metal bromide.

Perusak ozon juga dalam bentuk knalpot kendaraan dan asap pabrik, penggunaan air condition (AC) yang tidak ramah lingkungan. Perusak ozon juga berupa demo dengan membakar ban bekas yang biasa dilakukan sekelompok masyarakat.

Penggunaan hair spray, parfum, deodoran semprot yang mengandung propellant aerosol juga merusak ozon.

Bagi umat manusia, kerusakan ozon bisa berakibat menimbulkan sekelompok manusia dengan pertumbuhan gen yang menyimpang. Selama ini sudah muncul kelompok manusia dengan gen yang aneh. Ada manusia bersisik, manusia pohon, dan lain-lain.

Jangan-jangan film-film yang biasa kita tonton tentang makhluk mutan merupakan prediksi tentang keadaan manusia di masa datang.

Laut

Luas laut jauh melebihi daratan. Meski beberapa wilayah melakukan reklamasi, lantaran kebutuhan dan pertumbuhan manusia, namun laut tetap lebih luas. Penimbunan laut ini tentu demi pembangunan. Namun ruang laut semakin berkurang. Akibatnya volume laut bertambah.

Selain itu, selama 2007, beberapa kali terjadi bencana-laut. Misalnya gempa dasar laut di beberapa wilayah, seperti di perairan Manado dan Majene. Kepulauan Solomon malah diterjang tsunami pada April 2007. Belum lagi beberapa kapal tanker yang terbalik dan menumpahkan minyak – baik dekat pelabuhan maupun di perairan lepas.

Kerusakan laut sampai sekarang belum dapat diukur seberapa luas. Namun dampak tsunami, seperti yang terjadi pada 26 Desember 2004, tidak akan pulih hingga 50 tahun ke depan.

Sementara di darat, struktur tanah semakin rapuh. Penggundulan hutan, penambangan, menjadikan tanah kehilangan perekat. Erosi gampang terjadi. Unsur hara tanah semakin berkurang. Produksi tanaman berkurang. Sungguh, bumi ini sudah teramat rusak.

Bencana

Inilah dampak yang harus kita terima. Bencana alam terjadi di mana-mana, datang silih berganti. Bencana demi bencana seakan dituai. Hingga penghujung 2007, bencana banjir dan tanah longsor menjadi wajah buruk akhir tahun. Jakarta sudah menjadi kota yang payah. Ibukota yang menjadi kebanggaan itu, setiap tahun langganan banjir.

Sejumlah wilayah kelabakan lantaran banjir. Pulau Sumatera, Jawa, Bali menjadi “kelebihan” air.

Sungai Bengawan Solo meluap. Air mengalir sampai jauh. Beberapa kabupaten terendam banjir. Bojonegoro, Sukoharjo, Sragen, tiba-tiba menjadi wilayah berkubang. Warga mengungsi mencapai 7.000. Bengawan Solo tidak saja mengalir sampai jauh tapi juga tinggi.

Hujan biasanya mengakibatkan tanah longsor. Keadaan tanah yang semakin rapuh lantaran struktur tanah yang rusak diakibatkan penggundulan hutan, kebakaran, penggalian, dan pembukaan lahan baru. Longsor terjadi di Trenggalek, Jawa Timur dan menelan 60 korban jiwa.

Dari zaman dahulu sudah ada pesan agar lingkungan harus dijaga. Cukup dengan melakukan hal yang sederhana. Seperti di Palopo, ada kecamatan yang memberlakukan, setiap ada yang mau menikah, pasangan tersebut harus menanam pohon.

Kesadaran untuk melestarikan bumi. Sebab, bumi, air, dan kekayaan alam lainnya harus dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya. Bukan untuk dirusak sebesar-besarnya. (alimdjalil@fajar.co.id)


Tidak ada komentar: